Ciri Khas Kalender Jawa 2025 yang Menarik Untuk Dibahas!

Menurut informasi yang didapat, kalender Jawa diciptakan oleh Sultan Agung dari kerajan Mataram Islam pada tahun 1633 silam lalu.

Menariknya lagi, setiap tahun dalam kalender Jawa memiliki karakteristik yang berbeda-beda lho.

Nah, untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai ciri khas dari kalender Jawa 2025, yuk simak langsung ulasan di bawah ini.

1. Siklus Windu dan Tahun Ehe

Pada dasarnya kalender Jawa mempunyai siklus waktu berupa windu, yakni periode delapan tahun.

Dalam satu windu, maka setiap tahunnya memiliki nama tertentu yang terdiri dari Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir.

Di tahun 2025 ini merupakan tahun Ehe yang dilambangkan sebagai ketenangan dan stabilitas.

Sehingga tak heran jika sebagian masyarakat Jawa kerap mengaitkan tahun Ehe dengan momen introspeksi maupun persiapan untuk mempersiapkan kehidupan di masa mendatang.

2. Perpaduan Hari Pasaran dan Hari Biasa

Kalender Jawa memang mengusung sistem penanggalan yang unik, karena menggabungkan hari pasaran dengan hari biasa.

Adapun mengenai hari pasaran yang terdiri dari lima hari, seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Biasanya hari pasaran akan berjalan beriringan dnegan tujuh hari dalam seminggu, sehingga dapat menghasilkan kombinasi 35 nama hari.

Jadi, siklus tersebut sangatalah penting dalam kehidupan sebagian masyarakat Jawa karena kerap digunakan untuk menentukan hari baik dalam aktivitasnya.

3. Bulan yang Berdasarkan Lunar (Qomariyah)

Kalender Jawa mengusug sistem bulan lunar (Qomariyah) yang terdiri dari 12 bulan seperti berikut:

  • Sura
  • Sapar
  • Mulud (Maulud)
  • Bakda Mulud
  • Jumadil Awal
  • Jumadil Akhir
  • Rejeb
  • Ruwah
  • Pasa
  • Sawal
  • Dulkaidah
  • Besar

Setiap bulan mempunyai 29 atau 30 hari, karena tergantung dari perhitungan fase bulan.

Contohnya di tahun 2025 dengan diawali bulan Sura yang berlangsung pada Januari, kemudian berakhir di bulan Besar pada Desember.

Nama-nama bulan tersebut tak hanya sekedar alat penunjuk waktu, melainkan juga mempunyai makna spiritual.

Misalkan pada bulan Sura yang diyakini sebagai bulan untuk refleksi diri, sedangkan bulan Rejeb dianggap sebagai bulan yang penuh dengan keberkahan.

4. Adanya Pengaruh Pilosofi dan Tradisi Adat

Seperti yang sudah disebutkan pada poin diatas tadi, bahwa setiap bulan dari hari pasaran dalam kalender Jawa mempunyai makna filosopi yang berbeda-beda.

Bulan Sura yang dianggap bulan paling sakral, sehingga masyarakat Jawa sering memanfaatkannya untuk kegiatan tirakat dan doa bersama.

Disisi lain, hari Kliwon diyakini sebagai waktu yang penuh energi mistis yang membuatnya ideal untuk melakukan kegiatan meditasi maupun ritual spiritual lainnya.

Berbeda dengan bulan Ruwah yang menjadi momentum untuk mengenang para leluhur melalui tradisi nyadran (ziarah kubur).

Itu sebabnya, mengapa tradisi tersebut sering dipergunakan untuk menentukan keberuntungan seseorang serta menentukan langkah hidup dimasa depan.

5. Penyesuaian Dengan Kalender Masehi dan Hijriyah

Keunikan kalender Jawa terdapat pada penyusuaiannya dengan kalender Masehi dan Hijriyah.

Hal itu bertujuan untuk memastikan bahwa kalendernya tetap relevan, sehingga bisa dipergunakan dalam kehidupan modern.

Misalkan pada bulan Pasa dalam kalender Jawa yang biasanya bertepatan dengan bulan Ramadhan dalam kalender Hijriyah.

Sementara itu, bulan Sawal bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Di tahun 2025, masyarakat Jawa bisa menggunakan sistem tersebut untuk menggabungkan tradisi lokal dengan kegiatan ibadah maupun aktivitas sehari-hari.

Nah, itu dia beberapa ciri khas dari Kalender Jawa yang berbeda dengan kalender lainnya.

Leave a Comment